Pacitan, info-nusantara.com
Denting sejarah dan denyut budaya bertemu dalam satu momentum bersejarah. Di Auditorium Unit Museum Song Terus, Tri Hartanto, seniman sekaligus penerima Program Dokumentasi Karya Pengetahuan Maestro (DKPM) tahun 2024, resmi meluncurkan buku dan duplikasi artefak Wayang Beber bertajuk "Duplikasi Wayang Beber Tawangalun Donorojo". Kegiatan yang berlangsung dari pukul 12.30 hingga 15.30 WIB ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah titik balik dalam pelestarian seni tutur bergambar tertua di Nusantara.
Hadir dalam acara tersebut tokoh-tokoh penting seperti Kabid Kebudayaan Disbudparora, perwakilan Dinas Pendidikan Pacitan, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI, Ketua STKIP PGRI Pacitan, Camat Punung, Kepala Desa Wareng, Kepala Sekolah SDN Gedompol dan SMPN 3 Donorojo, serta perwakilan dari AKN, Dewan Kesenian Pacitan, BEM Pacitan. Acara dipandu oleh mahasiswa STKIP PGRI Pacitan, Rahma dan Lukman.
Peluncuran ini dirangkaikan dengan pertunjukan gulung pertama Wayang Beber hasil duplikasi. Sebuah pemandangan langka, menyajikan gulungan panjang berisi narasi Jaka Kembang Kuning—tokoh utama dalam kisah kuno yang tertuang dalam gambar di atas media daluwang. Suasana terasa khidmat saat lembar demi lembar cerita dibuka perlahan, seakan menyambung kembali jalinan sejarah yang nyaris terputus.
Dalam sambutannya, Tri Hartanto menyatakan bahwa penduplikatan ini adalah bentuk penyelamatan artefak yang semakin rapuh karena usia, namun kaya akan makna. "Wayang Beber Jaka Kembang Kuning adalah artefak penting, tidak hanya bagi Pacitan tetapi bagi Indonesia, bahkan dunia. Duplikasinya menjadi suluh bagi pergerakan seni budaya di masa kini dan nanti," ujar Tri penuh semangat.
Ia menambahkan bahwa Wayang Beber sebagai bentuk wayang tertua telah menginspirasi berbagai karya kontemporer di berbagai daerah seperti Solo, Majakerto, Bantul, hingga Jakarta. Namun, Tri menegaskan bahwa duplikat Wayang Beber Jaka Kembang Kuning bukan untuk dimodifikasi demi kepentingan pertunjukan, melainkan menjadi acuan akademik dan inspirasi penciptaan karya baru yang tetap menghormati nilai-nilai tradisi.
Kepala Desa Gedompol dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih dan bangganya atas terselenggaranya acara tersebut. Ia juga mengumumkan rencana penyelenggaraan Kirab Wayang Beber sebagai kelanjutan dari gerakan pelestarian ini.
Sementara itu, Bambang Dwi dari Balai Pelestarian Kebudayaan XI menyampaikan bahwa duplikasi ini adalah upaya strategis dalam menciptakan ekosistem budaya yang hidup dan berkelanjutan. Ia mengingatkan bahwa Wayang Beber merupakan satu dari enam Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang dimiliki Pacitan, bersama dengan Ceprotan, Tetaken, Brojo Geni, Badut Sinampurno, dan Kethek Ogleng. Menurutnya, buku yang diterbitkan bersamaan dengan duplikasi ini akan menjadi referensi penting bagi generasi muda dalam memahami dan mencintai warisan leluhur mereka.
Kepala Unit Museum Song Terus juga turut memberikan apresiasi. Ia berharap dengan semakin dikenalnya Wayang Beber melalui duplikasi dan buku dokumentasi, masyarakat luas—khususnya generasi Z dan Alpha—dapat kembali terhubung dengan akar budayanya.(*)